Siap-siap Belajar Banyak Bahasa di Waisak 2543/1999
Biarpun belum pasti apakah umat Buddha yang datang bakal sebanyak biasanya, tetapi peringatan Waisak 2543/1999 yang tahun ini jatuh pada 30 Mei 1999 diperkirakan bakal berlangsung lebih ramai dari biasanya. Minimal jika dilihat dari jumlah mazhab atau sekte dalam agama Buddha yang ikut. Pasalnya, kali ini jumlah sekte yang akan ikut dalam upacara itu lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Yaitu delapan sekte.
Berdasarkan informasi yang diterima BuddhistOnline.com, kedelapan sekte itu terdiri dari Theravada, Mahayana, Tantrayana, Kasogatan, NSI-1, NSI-2, Tridharma, dan Maitreya. Tidak tanggung-tanggung, memang. Yang menarik, masing-masing sekte akan mengadakan puja bhakti secara berbarengan. Tentunya dengan bahasa dan tata cara yang berlainan, sesuai dengan yang dipakai sektenya. Biar tidak bingung, anggap saja sekalian belajar banyak bahasa. Misalnya, mazhab tertua, Theravada dengan Bahasa Pali, Tantrayana (Mandarin), Kasogatan (Sansekerta), dan NSI (Jepang).
Yang sedikit gelisah justru panitianya. Mereka agak kuatir jika terlalu gaduh. Apalagi kalau masing-masing pihak menggeber kekuatan pengeras suara. Bisa dibayangkan riuhnya seperti apa. Makanya, mungkin untuk mengantisipasi hal tersebut, dari awal panitia pelaksana Perayaan Hari Trisuci Waisak Nasional 2543/1999 yang dibentuk oleh DPP Walubi itu sudah wanti-wanti agar tidak menggunakan sound system yang berkekuatan besar.
Hal lain yang juga sedikit berbeda dengan sebelumnya adalah soal tempat. Biasanya, rangkaian acara dibagi di dua tempat yaitu Candi Mendut dan Candi Borobudur. Tetapi khusus untuk tahun ini, semua kegiatan dipusatkan di Candi Borobudur. Candi Mendut hanya dimanfaatkan sebagai tempat persinggahan Air dan Api Waisak. Tidak ada altar yang dipersiapkan di Candi Mendut seperti tahun-tahun sebelumnya. Altar hanya disiapkan di Candi Borobudur. Jumlahnya delapan buah, sesuai dengan jumlah sekte yang hadir.
Rangkaian acaranya sendiri sudah dimulai pada 29 Mei 1999. Karena pada hari itu, tepatnya pukul 14.00 WIB, direncanakan Air Waisak yang diambil dari Umbul Air Jumprit, Temanggung tiba di Candi Mendut. Sedangkan arak-arakan pembawa Api Waisak yang diambil dari Sumber Api Alam Mrapen, Grobogan datang sekitar dua jam berikutnya di tempat yang sama.
Sementara acara pada 30 Mei 1999 dimulai pukul 08.00 WIB yang diawali dengan Prosesi Waisak dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur. Setelah tiba di Candi Borobudur, acara dilanjutkan dengan makan siang bhikkhu Sangha dan para umat yang hadir.
Puja Bhakti Nasional Waisak 2543/1999 dilangsungkan mulai pukul 12.00 WIB. Saat itu, kedelapan sekte secara berbarengan mengadakan puja bhakti dengan tata cara sendiri-sendiri. Mudah-mudahan suasananya tetap khusyuk, meski kelihatannya bakal saling bersahut-sahutan antara paritta, liam keng, mantra, dan lainnya.
Menjelang Detik-Detik Waisak yang tahun ini jatuh pada pukul 13.39.46 WIB, secara bersama-sama seluruh Umat Buddha yang hadir akan melakukan Meditasi Waisak. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dan pagelaran kesenian. Diharapkan seluruh rangkaian acara sudah setelah pada pukul lima sore.
Hingga saat ini, sebagian umat Buddha agak ragu-ragu, apakah mau datang atau tidak di acara nasional itu. Karena tahun ini Peringatan Waisak ‘terjepit’ di antara masa kampanye partai politik dan pemilu. Padahal situasi politik diperkirakan bakal semakin memanas. Kekuatiran itu mendapat tanggapan dari Y.M. Jotidhammo Thera, Sekretaris Jendral Sangha Theravada Indonesia (STI).
Menurutnya, kalau umat Buddha merasa tidak aman bepergian, lebih baik ikut Puja Bhakti Waisak di vihara yang terdekat dengan tempat tinggalnya saja. “Daripada nanti pergi ke Jawa Tengah, malah nggak bisa pulang,” kata Bhante Joti sedikit bercanda.
Jadi, bagaimana nih? Pergi atau tidak ya? (bch)