Dewa dalam Agama Buddha
4 September 2009
No Comment
- Mengapa dalam Agama Buddha dikenal adanya dewa sedangkan agama lain tidak?
- Apakah bukti dari keberadaan dewa? Dapatkah kita melihat dewa sekarang ini?
- Misalnya, dewa bumi sekarang ini ‘dijabat’ oleh si A. Jika nanti setelah si A meninggal dari dunia dewa, apakah posisi dewa bumi menjadi kosong ataukah langsung diisi oleh dewa yang lainnya?
Terima kasih.
Surjadie Chandra, Jakarta
Jawaban dari Y.M. Bhikkhu Uttamo:
Namo Buddhaya,
Namo Buddhaya,
- Dewa dan dewi adalah sebutan untuk mahluk penghuni surga. Sesungguhnya di agama lain juga mengenal penghuni surga ini, walau dengan nama yang lain, yaitu bidadari atau malaikat.
- Karena dewa adalah penghuni surga, maka tentu saja keberadaan dewa sulit dibuktikan untuk mereka yang belum memiliki kemampuan melihat alam lain, khususnya melihat alam surga. Oleh karena itu, dalam Agama Buddha, soal dewa tidak perlu dipermasalahkan bisa dilihat atau tidak, karena memang para umat Buddha disarankan untuk tidak menggantungkan diri pada para dewa. Umat hendaknya lebih bergantung pada hukum perbuatan, yaitu berbuatlah kebajikan untuk memperoleh buah kebahagiaan.
- Suatu ‘jabatan’ di alam dewa, kalau memang si dewa sudah terlahir di alam yang lain lagi, maka biasanya ‘jabatan’ nya itu akan diganti oleh dewa lain. Namun, sekali lagi, dalam Agama Buddha tidak menekankan dan memusingkan masalah suksesi para dewa maupun yang lainnya, karena semua itu tidak akan membawa manfaat untuk umat manusia. Juga, tidak akan membawa manfaat untuk peningkatan kebajikan seseorang. Oleh karena itu, sekali lagi, semua kebahagiaan manusia adalah karena buah kebajikan yang dimilikinya, bukan karena campur tangan mahluk lain.
Semoga bermanfaat.
Semoga semua mahluk berbahagia.