Alasan Sang Buddha Menolak Maha Pajapati Gotami Jadi Bhikkhuni
Salam dalam Dhamma,
Saya ingin menanyakan mengenai hal berikut yang masih membuat saya menjadi bingung. Apa alasan Sang Buddha Gautama menolak Maha Pajapati Gotami menjadi seorang bikkhuni?
Vendy, Jakarta Barat
Jawaban dari Y.M. Bhikkhu Suguno:
Namo Buddhaya,
Sehubungan dengan keberatan Sang Buddha Gautama menerima Maha Pajapati Gotami menjadi beserta lima ratus orang pengikutnya menjadi bhikkhuni bukanlah karena adanya anggapan wanita lebih rendah daripada laki-laki. Memang di dalam vinaya maupun sutta yang tertulis dalam Kitab Suci Tipitaka Pali tidak menyebutkan alasan yang jelas mengapa Sang Buddha Gautama tidak menerima permintaan mereka untuk menjadi bhikkhuni.
Pada waktu itu Bhante Ananda yang belum mencapai tingkat arahat bertanya kepada Sang Buddha, “Apakah seorang wanita tidak dapat mencapai kebebasan setelah menjadi seorang bhikkhuni?” Kemudian Sang Buddha menjawab bahwa mereka dapat mencapai kebebasan sempurna jika mau mempraktikkan dan mengerti Dhamma. Jadi, alasan tentang perbedaan jenis kelamin dalam pencapaian Nibbana adalah tidak ada. Jika saudara ingin mendapatkan alasan yang lebih jelas, maka silahkan baca Kitab Sumanggalavilasini.
Perlu dicatat disini bahwa pada waktu Maha Pajapati Gotami bersama limaratus wanita lainnya meminta kepada Sang Buddha agar dapat diterima sebagai bhikkhuni, jumlah para bhikkhu masih sedikit. Sedangkan Sang Buddha mengetahui bahwa secara biologis, kondisi wanita berbeda dengan pria (hal ini tidak dapat dipungkiri). Para bhikkhu dan bhikkhuni adalah para pertapa yang mengembara untuk mencapai kesucian dengan jalan pintas. Sehingga sudah jelas bagi wanita memerlukan penanganan yang khusus. Sebagai seorang guru yang sangat bijaksana, meskipun sudah menerima wanita untuk menjadi bhikkhuni, tetapi Beliau menetapkan beberapa peraturan khusus untuk para bhikkhuni. Salah satu diantaranya adalah seorang bhikkhuni tidak diperbolehkan untuk tinggal di suatu tempat yang jauh dari tempat tinggal para bhikkhu. Tetapi jangan salah interpretasi bahwa seorang bhikkhuni harus tinggal dengan bhikkhu. Yang dimaksud disini adalah seorang bhikkhuni harus tinggal terpisah dari tempat tinggal para bhikkhu, tetapi tidak boleh jauh. Hal ini dimaksudkan oleh Sang Buddha agar para bhikkhuni dapat terlindung dari bahaya. Pada kenyataannya setelah Sangha Bhikkhuni didirikan banyak sekali permasalahan yang harus dihadapi oleh Sangha secara keseluruhan (permasalahan seks, pertengkaran, penanganan jika kejatuhan bulan/haid, dan sebagainya). Sehingga perlu dibentuk Khutih (bhikkhu terlatih) untuk menangani mereka. Karena tertulis juga telah terjadi permasalahan di antara para bhikkhuni yang ditangani oleh beberapa bhikkhu muda sehingga mereka juga terjerumus ke dalam permasalahan yang lebih kompleks yang mengakibatkan mereka harus keluar dari kebhikkhuan.
Selain alasan di atas, pada abad ke 6 SM masyarakat India didominasi oleh kaum pria (patriarchal society). Jadi, sangatlah sulit bagi Sang Buddha pada khususnya untuk merombak secara drastis pandangan-pandangan atau adat istiadat atau kebudayaan yang telah dijalankan oleh masyarakat India secara turun-temurun. Seperti Anda telah ketahui sendiri bahwa semua peraturan yang telah ditetapkan oleh sang Buddha kepada para bhikkhu ditetapkan setelah perbuatan yang menghambat pencapaian Nibbana telah dijalankan oleh seorang bhikkhu atau beberapa bhikkhu. Hal ini menunjukkan bahwa Sang Buddha bukanlah pemimpin yang diktator. Kita dapat bayangkan kondisi sekarang untuk menghilangkan budaya korupsi sangatlah susah, apalagi yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan.
Setelah Sangha Bhikkhuni berdiri, Sang Buddha mendapat tantangan yang keras dari kalangan masyarakat India, terutama di antara kaum brahmana. Hal ini memang sudah diketahui oleh Sang Buddha. Sebelum Anda bertanya tentang mengapa peraturan bhikkhuni lebih banyak dari peraturan bhikkhu, tidak lain dan tidak bukan dimaksudkan untuk melindungi kesejahteraan para bhikkhuni agar dapat menjalankan kewajiban-kewajiban spiritual secara baik atau dalam bahasa sekarang peraturan-peraturan tersebut adalah untuk melindungi diri dari ATHG (ancaman Tantangan Hambatan dan Gangguan) yang datang dari dalam dan dari luar.
Secara singkat keberatan Sang Buddha untuk menerima wanita menjadi bhikkhuni, selain alasan bahwa Sang Buddha tidak bertujuan untuk mengadakan cultural revolution terhadap masyarakat brahma, alasan-alasan biologis, sosial, budaya dan keamanan adalah sangat penting. Tujuan Sang Buddha yang sebenarnya adalah mengajak masyarakat mengerti dan mempraktikkan ajaran-ajaran Beliau.
Semoga dapat mendapat sedikit kejelasan tentang permasalahan Anda.