Komunikasi Manusia dan Binatang
Salam dalam Dhamma
Saya ingin menanyakan mengenai hal yang masih membuat saya menjadi bingung. Mengapa dalam cerita-cerita Jataka, diceritakan bahwa binatang-binatang dapat berbicara / berkomunikasi dengan manusia? Bukankah hal tersebut merupakan hal yang mustahil?
Vendy, Jakarta Barat
Jawaban dari Y.M. Bhikkhu Suguno:
Saudara Vendi yang baik, janganlah berpikiran sempit yang berdasarkan emosi saja, tetapi berusahalah merenungkannya agar suatu pemasalahan yang ada dapat terselesaikan dengan logika yang baik, yang didasari dengan pengalaman.
Memang pertanyaan Anda adalah sangat wajar dan akan ditanyakan oleh banyak orang. Begini, dalam hal ini Anda menggunakan dua kata yang secara filosofis mengandung pengertian yang berbeda, yaitu berbicara dan berkomunikasi. Dua kata tersebut, menurut hemat saya tidak dapat disamakan. Sebagai contohnya, “Jika Ali telah berbicara dengan Ani'” maka sudah jelas Ali bukanlah seorang yang bisu, dia dapat berbicara (tentunya dengan mengeluarkan kata-kata). Tetapi jika “Ali telah berkomunikasi dengan Ani” tentunya tidak harus berbicara, tetapi mengandung pengertian yang lebih luas. Dalam hal berkomunikasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya dengan pengiriman fax, telegraf, surat, e-mail, sandi, gambar, dan sebagainya. Jadi tidak harus berbicara. Dalam kasus yang komunikasi si Ali dapat juga jika sedang jatuh cinta kepada Ani berkomunikasi dari hati ke hati. Kemudian jika hal ini terjadi, orang lain yang mengetahui akan mengatakan atau menulis si Ali telah jatuh cinta kepada Ani. Jadi berkomunikasi itu tidak selalu harus berbicara.
Demikian juga dengan cerita-cerita yang terdapat dalam Jataka, manusia dan binatang tentunya tidak dapat berbicara, tetapi dapat berkomunikasi. Boleh saja Anda menganggap mustahil, tetapi sebelum berkesimpulan demikian hendaklah dipikirkan secara logika dan sedikit mendalam. Pernahkah Anda memelihara seekor anjing, kucing, atau binatang yang lainnya? Dalam hal ini saya yakin Anda pernah melihat seekor anjing dengan tuannya (yang memelihara). Pemilik anjing adalah seorang manusia, sedangkan anjing adalah binatang. Tetapi jika kedua mahluk ini memiliki hubungan yang dekat, sangat tidak mustahil kedua mahluk yang berbeda ini dapat berkomunikasi. Sebagai contohnya jika tuannya sedang diserang musuh, maka anjingnya akan membantu. Kemudian jika ada orang ketiga yang ingin menulis cerita seekor anjing dan tuannya (pemiliknya) akan menulis “Ketika seorang pemilik anjing diserang oleh musuh, dia berkata kepada anjingnya untuk membantu”. Kemudian anjingnya berkata kepada tuannya untuk mengikutinya, sedangkan dia sendiri akan maju ke depan dan sebagainya. Sehingga dengan sedikit contoh ini dapat kita simpulkan bahwa tidak mustahil dua mahkluk yang berbeda dapat melakukan komunikasi (tidak harus berbicara). Sedangkan jika dalam tulisan ditulis binatang dan manusia atau manusia dengan dewa dan sebagainya berbicara, maka hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah penuturan cerita dan menyampaian pendidikan moral kepada masyarakat. Demikian juga pada jaman Sang Buddha, telah terjadi komunikasi jarak jauh di antara para bhikkhu. Kemudian jika kita mempunyai pemikiran yang sempit akan bertanya “Apakah pada waktu itu sudah ada telepon?'”
Semoga dapat memperoleh sedikit kejelasan tentang permasalahan Anda.