Ajaran yang Membawa Kita ke Nibbana
23 September 2005
No Comment
Apakah hanya ajaran Theravada yang dapat membawa kita ke pantai seberang (Nibbana)?
Apakah Kitab Suci Tipitaka dan Tripitaka isinya berbeda? Atau hanya bahasanya saja yang berbeda?
Apakah beda vihara yang dibangun dan dibawah naungan Sangha Theravada Indonedia (STI) dengan vihara Buddhis lainnya misalnya vihara Buddhayana dan Tantrayana?
Apakah hanya vihara yang berada di bawah naungan STI saja yang boleh meminta anggotanya untuk tinggal di sana?
Mengapa STI kurang aktif di Sumatera Utara? Padahal rasanya di sumatera utara tidak sedikit umat Buddha yang ingin belajar Dhamma.
Rofin, Subang Jaya, Malaysia
Jawaban dari Y.M. Bhikkhu Uttamo:
Namo Buddhaya,
- Dalam Dhamma disebutkan bahwa mereka yang melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan lah yang akan mencapai Nibbana, bukan melalui Sangha ataupun aliran agama Buddha tertentu. Oleh karena itu, Dhamma bersifat universal. Kesucian dicapai karena perbuatan, bukan karena status dan label2 keduniawian lainnya.
- Kitab Suci Tipitaka dan Tripitaka selain berbeda bahasanya juga ada sedikit perbedaan isinya. Perlu diketahui bahwa penyusunan suatu kitab suci juga dipengaruhi tradisi setempat. Oleh karena itu, adanya perbedaan pada kedua versi itu banyak dipengaruhi oleh perbedaan tradisi tempat penulisan kitab suci tersebut.
- Vihara sebagai tempat ibadah dan menghormat Sang Buddha tidaklah berbeda dari satu aliran dengan aliran yang lain. Vihara sebagai bagian dari suatu organisasi memang mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda dengan vihara dibawah naungan organisasi lainnya. Perbedaan bisa berupa rupang pujaan, tata cara kebaktian dan juga sistematika pembinaan umatnya. Perbedaan ini muncul karena setiap organisasi mempunyai penekanan pemahaman Dhamma masing-masing.
- Vihara selain dalam pembinaan STI dapat saja meminta anggota STI untuk berkunjung ke sana, asalkan pengurus vihara yang bersangkutan mengirimkan surat permohonannya kepada Bhikkhu yang bersangkutan di tembuskan kepada sekretariat STI.
- Pembinaan STI di Medan telah dilakukan dan telah ada vihara yang berada dibawah naungan STI. Kurangnya pembinaan di Sumatera Utara karena terbatasnya jumlah para Bhikkhu STI, sedangkan daerah pembinaan di Indonesia sedemikian luasnya. Oleh karena itu, baru dalam masa vassa 1999 ini, setelah beberapa vassa vacuum, di Medan ada Bhikkhu STI yang bervassa.
Semoga semua mahluk berbahagia