Home » Berita

Menanti Alat Deteksi Vihara

25 April 1999 No Comment

Harusnya dekat-dekat ini kita sudah nggak perlu bingung membedakan mana Vihara aliran Theravada atau tidak. Karena cukup melihat dari luar. Jika ada lambang Roda Dhamma (Dhammacakka), berarti vihara tersebut mengajarkan Agama Buddha aliran Theravada. Kalau tidak ada, ya cukup cepat-cepat minggat cari yang lain. Tidak perlu “mabuk” karena salah masuk.

Tampaknya kenyataan memaksa kita harus bersabar untuk menikmati ‘fasilitas’ itu. Pasalnya, ketentuan yang tertuang dalam Keputusan Rapat Karaka Sangha Sabha III/1998 Sangha Theravada Indonesia (STI) Bab VIII itu masih belum sepenuhnya dilaksanakan oleh vihara-vihara binaan STI. Meski sudah dikeluarkan sejak akhir tahun lalu, nampaknya masih belum banyak pengurus vihara yang memasang simbol beruas delapan itu di depan pintu. Entah belum tahu atau memang “bandel”.

“Sebenarnya kami sudah mengirim surat mengenai ketentuan itu kepada masing-masing Vihara. Terutama Vihara-Vihara baru. Lambang itu diharapkan dipasang di bagian luar Vihara agar mudah terlihat,” kata Y.M. Jotidhammo Thera, Sekretaris Jendral STI kepada BuddhistOnline.com via telepon.

Tetapi toh vihara-Vihara yang sampai saat ini belum melaksanakan ketentuan itu tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Karena rupanya ketentuan itu bukan suatu keharusan mutlak. “Sebenarnya ketentuan itu lebih berupa himbauan. Penekanannya pun bersifat jangka panjang. Hingga saat ini, rata-rata vihara-vihara yang besar sudah memasangnya,” jelas Bhante Joti.

Ngomong-ngomong, mengapa lambang Dhammacakka yang dipilih? “Pemilihan Dhammacakka itu sesuai dengan keputusan Rapat Sangha saat itu. Kami tidak sampai melakukan penelitian khusus dalam menentukan lambang tersebut,” kata Y.M. Uttamo Thera, Kepala Biro Penelitian STI, dalam kesempatan terpisah.

Melihat dari bentuknya, meski sebenarnya menarik, lambang Dhammacakka yang dijadikan standar itu terkesan agak rumit. Karena banyak bagian yang membutuhkan kedetilan. Sehingga bisa saja menyulitkan kalau dibuat dalam bentuk ukiran kayu atau batu. “Sebenarnya tidak sulit. Tetapi biar lebih mudah, sebaiknya menggunakan bahan kayu,” kata Bhante Joti.

Nah, sambil menunggu bolehlah bantu-bantu pengurus vihara untuk mulai memahat dan mengukir kayu. Atau mau bikin alat deteksi vihara yang lebih canggih? (bch) Gambar: Dok Samaggi Phala. Ilustrasi: Ben-CH.

Comments are closed.