Bulan Mei, Bulan Bisa Ngomong?
Bulan Mei terasa semakin mengkilap saja. Saat ini, Bulan Mei tidak hanya merupakan bulan yang istimewa dimana Hari Tri Suci Waisak biasanya diperingati oleh Umat Buddha. Karena rupanya bagi beberapa pihak, bulan Mei juga dianggap sebagai “bulan baik” untuk mengeluarkan seruan atau pernyataan. Salah satunya adalah Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI).
Seperti telah kita ketahui, pada awal bulan Mei lalu, KASI mengeluarkan “Pernyataan Sikap KASI Sebagai Pesan Dharma Waisak 2543/1999”. Pernyataan yang juga dianggap sebagai Fatwa Dharma itu merupakan “suara” pertama dari KASI sejak terbentuk 14 November 1998.
Dalam pernyataan itu, KASI mengharapkan agar Umat Buddha memperteguh keyakinan kepada Sang Tiratana, menahan diri terhadap segala provokasi, mempererat kerjasama antar umat beragama, dan selalu waspada. Organisasi yang merupakan gabungan dari tiga Sangha (Sangha Theravada Indonesia, Sangha Mahayana Indonesia, dan Sangha Agung Indonesia) itu juga menyerukan kepada Umat Buddha Indonesia agar mensukseskan jalannya Pemilu 1999 dengan menentukan pilihan sesuai dengan tuntutan hati nuraninya sendiri.
Yang menarik, melalui pernyataan itu, KASI juga mengeluarkan sejumlah peringatan yang cukup keras kepada Walubi baru. Intinya, KASI meminta kepada Ketua Umum DPP Walubi (Baru), Dra. Siti Hartati Murdaya, dan semua pimpinan institusi Buddhis di Indonesia untuk menghentikan hal-hal dan pernyataan-pernyataan yang semakin jauh dari etika Dharma serta bisa menjadi kondisi timbulnya polemik di media-media massa yang tidak mendorong umat untuk melaksanakan Dharma dalam suasana yang sejuk serta damai.
Bisa jadi dikeluarkannya “fatwa” kepada Walubi Baru ini merupakan buntut dari penutupan dan pendirian kembali Walubi menjadi Walubi Baru yang kontoversial yang pada saat itu diikuti dengan keluarnya tiga Sangha (yang membentuk KASI) dari Walubi Baru. Selain itu, penyebab lain dari keluarnya “omelan” tersebut mungkin karena isi dari press release Walubi Baru bertanggal 16 April yang mencampuri urusan keBhikkhuan. Karena memang dalam press release itu, Walubi Baru jelas-jelas mengatakan “Hati-hatilah dengan para Bikkhu yang tidak berkwalitas yang masih berkeliaran di luar Dewan Sangha Walubi“. Sepertinya pertentangan antara kelompok umat awam dan kelompok Sangha itu bakal sulit selesai dalam waktu dekat ini.
Cuma yang perlu diperhatikan oleh KASI menyangkut pernyataannya itu, jika berkenan, mungkin untuk pernyataan berikutnya alangkah baiknya jika tidak menggabungkan pernyataan “sanggahan & peringatan” dengan “Pesan Dharma Waisak”. Agar supaya Umat Buddha tidak semakin bingung.
Catatan lain dari pernyataan KASI itu adalah sudah mulai “berkenan” mengakui adanya pluralisme dengan memasukkan istilah dalam Bahasa Pali dalam pernyataannya. Meskipun, tetap saja 90% masih menggunakan istilah Bahasa Sansekerta. Padahal sebenarnya tidak sulit untuk menggunakan kedua bahasa dalam menulis istilah-istilah khas Buddhis.
Lembaga lain yang juga “bersuara” di Bulan Mei adalah Sangha Theravada Indonesia (STI) dengan mengeluarkan Pesan Waisak 2543. Sudah menjadi kegiatan rutin tahunan dari STI bahwa setiap tahun sekitar Bulan Mei selalu mengeluarkan Pesan Waisak. Sementara itu, sepertinya organisasi Buddhis lainnya masih sibuk mencari “bulan baik” yang sesuai untuk bisa “ngomong”.
Jadi, benar nih Bulan Mei adalah bulan bisa ngomong? Atau… (bch)
Catatan:
Isi lengkap dari Pernyataan KASI bisa dibaca di website Samaggi Phala.