Biar Dompet Tidak Diberikan ke Tukang Sihir
BuddhistOnline.com – Pernah mendengar soal ilmu gendam? Tentu tahu dong kalau belakangan ini semakin marak saja tindakan kejahatan dengan menggunakan ilmu yang sering juga disebut ilmu hipnotis itu. Konon, jika penjahatnya beraksi, sang korban tidak akan merasa sedang dijahati.
Menurut kabar yang beredar, biasanya aksi si pelaku diawali dengan sikap dan ucapan yang ramah disertai tepukan atau sentuhan pada salah satu bagian tubuh korban. Selanjutnya, korban bakal dengan suka rela menyerahkan barang-barang yang diminta. Setelah si penjahat kabur, para korbannya baru sadar sambil terkaget-kaget mengetahui dompet, perhiasan, atau barang-barang lain sudah lenyap tak berbekas. Bagi sebagian besar anggota masyarakat, kejahatan model begitu jelas mencemaskan. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai ilmu sihir. Sepertinya para petugas keamanan pun agak kewalahan menghadapi kejahatan model begitu.
Sebagai umat Buddha, mestinya kita tidak perlu terlalu cemas atau terheran-heran soal ilmu sihir-sihiran itu. Sebab, jika dilihat dari sudut pandang agama Buddha, ilmu gendam itu bukanlah suatu ilmu baru, apalagi ilmu yang tinggi. Malah bisa dikatakan bahwa “Ilmu gendam itu sebenarnya adalah merupakan penyalahgunaan konsentrasi yang biasa didapat dengan melatih meditasi,” kata Y.M. Uttamo Thera, ketika dihubungi BuddhistOnline.com via e-mail.
Lebih lanjut Bhante Uttamo menjelaskan bahwa sudah menjadi watak dasar, pikiran yang bisa dikendalikan dan dikonsentrasikan akan memberikan hasil sesuai dengan harapan orang yang bisa berkonsentrasi tersebut. Dalam hal ini, orang tersebut menggunakan kekuatan pikirannya untuk mempengaruhi orang lain.
“Hal ini dapat diibaratkan seperti sinar matahari yang difokuskan dengan kaca pembesar, maka sinar itu memiliki tenaga berlipat ganda yang dapat menimbulkan api,” jelas Bhante Uttamo.
Untuk menghindari aksi dari pelaku ilmu gendam itu, jurusnya tergolong tidak sulit. Gampang-gampang saja, terutama bagi mereka yang rajin meditasi. “Karena gendam ini adalah hasil konsentrasi, maka untuk bisa menghindarinya, kita hendaknya juga sering melatih konsentrasi yang biasa disebut meditasi. Sebab, yang menyebabkan kita bisa terkena gendam adalah lemahnya kesadaran karena kurangnya melatih konsentrasi dengan meditasi rutin. Dalam latihan meditasi rutin, pikiran kita biasa terkonsentrasi, sehingga konsentrasi yang lebih lemah sulit untuk mempengaruhi kita. Sedangkan apabila orang itu memiliki konsentrasi yang lebih baik, konsentrasi kita paling tidak bisa mengurangi kekuatan dan pengaruh gendam yang dia pancarkan,” tutur Bhikkhu yang juga mengurusi website Samaggi Phala sejak November 1998.
Bagaimana jika kita tetap kena pengaruh ilmu gendam itu? “Perlu diketahui, bahwa pengaruh gendam tidak berlangsung lama. Paling tidak hanya sampai orang yang mempengaruhi itu meninggalkan tempat tersebut. Jadi, biasanya, orang yang kena gendam bisa sembuh sendiri dalam beberapa saat saja. Sedangkan orang yang biasa meditasi, walau kurang mahir, apabila kena gendam waktu hilang kesadarannya lebih pendek lagi. Mungkin sudah sadar sebelum si penggendam melarikan diri,” ungkap Bhante Uttamo yang belum lama ini meresmikan penggunaan Panti Semedi Balerejo, Wlingi, Jawa Timur.
Selama ini, informasi yang beredar mengatakan bahwa satu-satunya cara agar terlepas dari pengaruh gendam itu adalah dengan menepuk balik orang tidak dikenal yang telah menepuk kita sebelumnya. Menanggapi hal itu, Bhante Uttamo mengatakan, “Bisa saja. Karena dengan demikian, berarti orang itu masih sadar dan berusaha mempertahankan kesadarannya dengan menepuk balik, walau hal itu tidak harus dilakukan. Paling penting di sini adalah memiliki kesadaran yang selalu terpelihara setiap saat.”
Dapatkah kita menolong teman yang terkena pengaruh ilmu itu? Menurut Bhante Uttamo, hal itu dapat saja dilakukan. Syaratnya, kita harus berada di dekat teman kita itu saat ia ‘dihipnonis’. “Kalau kita berada di sebelah orang yang masih terpengaruh gendam, kita bisa membuat kesadarannya kembali dengan, mungkin, menepuk badannya atau mungkin mengajak komunikasi dengannya,” kata Bhikkhu yang tergolong sangat rajin menjawab pertanyaan-pertanyaan dari umat Buddha ini.
Nah, kalau jurus-jurus yang diberikan oleh Y.M. Uttamo Thera tadi dipraktikkan dengan sungguh-sungguh, dijamin deh dompet, perhiasan, atau barang-barang kita nggak bakal kita berikan dengan sukarela kepada “tukang sihir”. Jadi, “Tukang gendam, tukang sihir, tukang hipnotis, siapa takut…” (bch)
Leave your response!