Buddhis Semarang Peringati Pertempuran Lima Hari
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Mungkin ungkapan ini yang dipegang teguh oleh Umat Buddha Semarang. Belum lama ini, Umat Buddha Semarang mengadakan peringatan Pertempuran Lima Hari. Dengan bertempat di Vihara Tanah Putih, Semarang, upacara untuk memperingati pertempuran yang terjadi pada 14-18 Oktober 1945 itu berlangsung cukup khidmat. Apalagi beberapa pelaku sejarahnya menyempatkan diri untuk hadir. Di antaranya Andaryoko Wisnuprabu, wakil dari Paguyuban Pelaku Pertempuran Lima Hari dan Pandita Sabar Alim, salah seorang Umat Buddha yang juga terlibat dalam pertempuran bersejarah itu.
Di antara para tamu yang hadir, terlihat D. Henry Basuki, Ketua PC Magabudhi Semarang dan D. Lukito, Ketua DPW WALUBI Semarang. Sedangkan Walikota Semarang, Soetrisno Suharto yang diharapkan kedatangannya, ternyata berhalangan hadir, dan digantikan Drs. Wagiman dalam membacakan sambutan tertulis.
Acara peringatan pada Sabtu (17/10) tersebut dilengkapi pula dengan pemotongan tumpeng. Sebelumnya, Y.M Khemasarano Mahathera berkenan membacakan paritta bagi peringatan malam itu.
Rasanya hampir tidak pernah terdengar sebelumnya, terutama dari kota-kota lainnya, adanya peringatan semacam yang dilakukan saudara-saudara dari Semarang. Padahal peringatan-peringatan di luar hari raya Agama Buddha seperti itu juga perlu. Terutama dalam membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan sekaligus lebih memperkenalkan Agama Buddha. Jauh lebih baik dari sekedar ribut bikin organisasi baru. Nah, daerah mana berikut? Laporkan ya! (Laporan: D. Henry Basuki dan Sri Winarto – Magabudhi Semarang)