Mengantar Bhante Khema ke Juana
Pemilik wajah ramah yang senang dengan anak-anak itu telah tiada. Ia yang kita kenal dengan nama Bhikkhu Khemasarano Mahathera telah wafat pada 3 Maret 1999 pukul 07.40 WIB di Rumah Sakit St. Elizabeth, Semarang dalam usia 84 tahun. Sejak 17 Februari 1999, Bhante Khema, begitu biasa ia disapa, berada di rumah sakit tersebut untuk menjalani perawatan atas sakit karena usia tua yang menyerangnya. Di antaranya, pembengkakan jantung serta prostat, penyempitan pembuluh darah ke otak akibat stroke beberapa waktu lalu, dan adanya batu karang dalam ginjal.
Meskipun penyakit yang dideritanya cukup parah, tetapi banyak orang yang tidak mengira kalau salah satu pendiri Sangha Theravada Indonesia (STI) itu akan pergi begitu cepat. Apalagi dua hari sebelumnya kondisinya cukup membaik. “Pada 1 Maret, Bhante Khema sudah bisa keluar dari ruang ICCU. Meski sebelumnya memang sempat keluar masuk ICCU karena kondisinya naik turun,” ujar seorang bhikkhu yang sempat ikut merawatnya ketika di rumah sakit.
Sebenarnya, ketika masih hidup, mendiang Bhante Khema ingin menghabiskan masa-masa terakhir hidupnya di tanah kelahirannya, Juana. Namun pihak STI dan keluarga mendiang Bhante Khema mempertimbangkan agar Bhikkhu kelahiran Juana, 23 Agustus 1915 itu tetap dirawat dulu di rumah sakit.
Untuk memberikan kesempatan kesempatan kepada Umat Buddha melakukan penghormatan terakhir, jenazah Bhikkhu senior STI itu sempat disinggahkan di Vihara Tanah Putih, Semarang pada pukul 12.00 WIB. Dipimpin oleh Y.M. Bhikkhu Udayo, para umat yang hadir melakukan Puja Pralaya. Setelah itu jenazah diberangkatkan ke Padepokan Tunggak Semi, Desa Bakaran Wetan, Juana, Kabupaten Pati yang merupakan daerah asal almarhum Bhante Khema.
Keesokan harinya, Kamis, 4 Maret 1999, jenazah diberangkatkan menuju ke Krematorium Tlogobetu (Pancaka Budi Luhur Juana) yang terletak di Desa Tlogobetu, Juana. Pengangkatan peti jenazah dilakukan para pandita dan dilanjutkan oleh para pemuda. Sekitar 800 orang Umat Buddha juga turut mengantar. Sebelumnya mereka sempat melakukan penghormatan terakhir ketika masih berada di Padepokan Tunggak Semi. Mereka tidak hanya berasal dari Semarang dan sekitarnya saja tetapi ada juga yang datang dari Jakarta, Cirebon, Tegal, Slawi, Pekalongan, Cilacap, Kudus, Pati, Blora, dan Grobogan.
Sementara Bhikkhu Sangha anggota STI yang hadir diantaranya adalah Y.M. Sudhammo Mahathera, Y.M Jothidhammo Thera, Y.M. Bhikkhu Udayo, Y.M. Bhikkhu Candakaro, Y.M. Bhikkhu Dhammakaro, Y.M. Bhikkhu Cittakuto, Y.M. Bhikkhu Adhikusalo, dan Y.M.Bhikkhu Catamano. Di samping itu, hadir pula dua Bhikkhu dari Thailand. Yaitu, Phra Rajvaracharn (Win Vijano) dan Phra Kru Wong Sin. Sedangkan dari Lembaga Anagarini Indonesia diwakili oleh Anagarini Santini, Anagarini Silavati, dan Anagarini Dhammakumari.
Yang Mulia Sanghanayaka STI Sri Paññavaro Mahathera dan sejumlah Bhikkhu lainnya tidak dapat hadir karena sedang berada di luar pulau untuk peresmian sebuah vihara. (Baca juga: BIKIN PAGUYAMAN LEBIH HIDUP).
Dalam uraian singkatnya, Y.M. Bhikkhu Jothidhammo Thera (sekjen STI) mengemukakan bahwa almarhum Bhante Khema semasa hidupnya adalah Bhikkhu yang rajin berkunjung ke daerah-daerah untuk membabarkan Dhamma. “Bhante Khema juga fasih menerjemahkan bahasa yang tercantum dalam kitab suci ke dalam bahasa rakyat yang sederhana sehingga mudah dimengerti,” tutur Bhante Jothi.
Bhante Jothi menambahkan bahwa kita patut meneladani ketekunannya dalam membabarkan Agama Buddha serta menunjukkan tauladan dengan mempraktekkan ajaran Agama Buddha. “Bila diamati, banyak putra Indonesia yang menjadi Bhikkhu berkat dorongan kuat dari Bhante Khema. Bhante Khema juga merupakan salah satu proklamator STI pada 23 Oktober 1976 di Vihara Tanah Putih,” kata Bhante Jothi.
Adapun penyalaan api dilakukan oleh putra mendiang Bhante Khema, Imam Djajono. Dalam proses kremasi itu digunakan sekitar empat kwintal arang.
Pada 6 Maret 1999, abu jenazah mendiang Bhante Khema dibawa dari Padepokan Tunggak Semi ke Vihara Tanah Putih, Semarang. Selama tujuh hari berturut-turut sejak 4 Maret, setiap malam dilaksanakan upacara Pattidana untuk mendiang Bhante Khema di Padepokan Tunggak Semi dan Vihara Tanah Putih. Pada peringatan hari ketujuh, Upacara Pattidana di Vihara Tanah Putih dipimpin oleh Y.M. Jagaro Thera dan Y.M. Bhikkhu Udayo.
SELAMAT JALAN BHANTE KHEMA!
(Henry Basuki, Semarang)