Gara-gara Rindu Kampung Halaman
Namanya orang perantauan sama saja. Meski sudah lama bermukim di negeri orang, tetap saja ada kerinduan terhadap segala sesuatu yang berbau kampung halaman. Demikian juga yang dialami oleh saudara-saudara se-Dhamma kita asal Indonesia yang tinggal di Sydney, NSW, Australia. Meski sudah jadi Sydneysiders (panggilan buat orang Sydney), tetap saja kangen terhadap hal-hal berbau Indonesia. Termasuk soal puja bhakti.
Biarpun di Australia terdapat kurang lebih 100 buah Vihara, tetap saja dianggap kurang menarik. Karena tidak ada yang menggunakan Bahasa Indonesia. Padahal Umat Buddha dari negara-negara lain sudah bisa melaksanakan Puja Bhakti dengan bahasanya sendiri di Vihara masing-masing. “Banyak Umat Buddha yang sering menanyakan Puja Bhakti dalam Bahasa Indonesia. Padahal di sini ada beberapa vihara.Cuma memang belum ada yang menggunakan Bahasa Indonesia,” kata Iman, salah satu Umat Buddha asal Jakarta yang bermukim di ibukota negara bagian New South Wales itu.
Adalah Iman bersama keempat rekannya, Herry Lo, Riana, Dian, dan Agus yang mencoba mengatasi masalah itu. Mereka berusaha mengadakan kembali kegiatan Puja Bhakti bagi Buddhis Indonesia di Sydney. Mengapa disebut mengadakan kembali?
Ternyata sebelumnya sudah pernah ada kegiatan serupa. “Sebenarnya sekitar tiga tahun lalu sempat ada Puja Bhakti dalam bahasa Indonesia. Namun tiba-tiba berhenti. Saya tidak tahu karena apa,” ujar Iman yang sempat aktif di Keluarga Mahasiswa Buddhis Jakarta (KMBJ) ketika masih di Indonesia.
Kesulitan pertama yang ditemui adalah soal tempat. Di Sydney, kota yang berpenduduk sekitar 3,6 juta jiwa itu, tidak mudah mencari tempat yang cukup memadai. Setelah kasak-kusuk sana-sini, akhirnya mereka bisa memperoleh pinjaman tempat dari Buddhist Council of NSW lewat ketuanya, Graeme Lyall. Meski bangunannya cuma berbentuk toko tetapi cukup luas.
Untuk mempromosikan kegiatan tersebut, mula-mula mereka menyebarkan brosur di daerah-daerah yang banyak Umat Buddha asal Indonesia. Seperti di daerah Kingsford, Maroubra, dan Randwick yang dikenal sebagai kampungnya orang Melayu.
Mungkin karena masa promosinya yang singkat sehingga tidak banyak Umat Buddha yang datang ketika pertama kali kegiatan Puja Bhakti ala Indonesia itu digelar pada 21 Februari 1999 lalu. Jumlahnya hanya sekitar 12 orang. Saat itu, mereka mengundang Y.M. Bhikkhu Apichai asal Thailand yang pernah tinggal di Bandung. Sedangkan pembacaan Paritta dipimpin oleh Iman.
Meski sudah terbiasa, Iman sempat gugup ketika memimpin Puja Bhakti itu. “Saya sampai lupa menyalakan dupa dan lilin ketika puja bhakti-nya dimulai,” kenang Iman.
Sementara untuk urusan Dhammadesana pada minggu-minggu selanjutnya, tidak ada masalah. Mereka sudah menjadual kehadiran Bhikkhu-Bhikkhu setempat. Biar mudah dicerna, isi Dhammadesana-nya selalu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Jadwal Dhammadesana hingga beberapa minggu ke depan sudah siap. Misalnya, untuk Puja Bhakti pada 18 April 1999, Dhammadesananya akan disampaikan oleh Y.M. Bhikkhu Paññavaro dari Vihara Buddha Dhamma yang juga pengelola homepage BuddhaNet. Jangan keliru dengan Sanghanayaka Sangha Theravada Indonesia (STI) yang punya nama sama.
Kaset rekaman Dhammadesana jadi jalan keluar untuk memenuhi keinginan mendengarkan uraian Dhamma dari Bhikkhu asal Indonesia. “Kami sempat memutar kaset Dhammadesana Bhante Uttamo pada Puja Bhakti yang kedua dan ketiga. Judulnya, Keluarga Bahagia,” kata Iman yang sehari-hari berjualan sembako atau bahan makanan.
Saat ini, jumlah umat yang datang sudah lebih banyak dibandingkan ketika pertama kali dimulai. Rata-rata setiap minggunya sekitar 20 orang. Kadang-kadang bisa sampai 40 orang. Lumayanlah.
Nah, bagi yang sedang jalan-jalan atau bersekolah di Sydney tidak perlu sulit-sulit mencari Vihara untuk Puja Bhakti. Langsung saja tancap ke Buddhist Council of NSW shop no 90, BKK shopping center, Evans Ave Eastlakes, NSW 2018. Teleponnya (02) 96627736 dan email: wlotus@tig.com.au Siapa tahu ketemu Bhante Uttamo!