Home » Tanya Dhamma

Mencintai Pacar Orang Lain

4 September 2009 No Comment
Namo Buddhaya,

Saya mempunyai masalah. Saya mencintai seorang wanita namun wanita tersebut telah mempunyai pacar. Namun saya tetap cuek dan masih ingin merebut hatinya.

Tetapi menurut teman-teman saya, perbuatan tersebut tidak baik karena hal tersebut akan membuahkan kamma buruk terhadap diri saya di mana suatu saat nanti pacar saya juga akan direbut orang. Saya percaya hal tersebut, tapi bagaimana yah… saya benar-benar mencintai dia dan saya ingin dapat bersamanya. Apa yang harus saya lakukan?

Apakah saya tetap tidak boleh merebut hatinya, walaupun saya benar-benar mencintainya? Apakah saya tidak dapat berbuat apa-apa sama sekali, karena saya tidak mau begitu? Saya ingin dapat berbuat sesuatu. Saya juga tidak mau kalau disuruh merelakan dia pergi dan mencari yang lain, karena tekad saya sudah bulat. Mohon bantuan dan saran serta alternatif yang bisa saya lakukan.

Steven, Jakarta

Jawaban dari Y.M. Uttamo Thera:
Namo Buddhaya,

Mencintai seseorang adalah merupakan kewajaran dalam hidup ini. Merupakan satu kebahagiaan kalau seseorang bisa memperoleh balasan cinta. Namun, jika seseorang mencintai orang yang telah memiliki pacar, walaupun wajar, namun tidak baik untuk dilanjutkan. Hal ini memang ada hubungannya dengan Hukum Kamma, bahwa kalau kita merebut pacar orang lain, maka bisa juga pacar tersebut suatu ketika direbut orang lain pula. Hal ini bisa terjadi, karena mungkin mental pacar itu memang kurang bagus, gampang terpengaruh oleh orang lain yang mencintainya. Konsep mencintai, sesungguhnya adalah mengharapkan orang yang dicintai memperoleh kebahagiaan. Kalau mencintai agar diri sendiri bahagia, maka ini adalah bentuk egoisme saja. Oleh karena itu, apabila memang wanita yang dicintai itu bahagia dengan pacar yang sekarang, maka sesungguhnya itulah kebahagiaan orang yang mencintai wanita tersebut.

Sesungguhnya cinta adalah memberi, bukan menuntut. Dengan demikian, dalam situasi ini, ada beberapa hal yang bisa dikerjakan:

  1. Menanyakan secara langsung atau tidak langsung kepada wanita itu, apakah dia memang mencintai pacarnya dan apakah pacarnya juga cinta padanya. Kalau memang jawabnya positif, maka sebagai orang yang memberikan cinta sejati, hendaknya merelakan dia bersama dengan pacarnya yang sekarang. Biarlah dia berbahagia. Melihat dia berbahagia adalah merupakan bukti ketulusan cinta.
  2. Apabila dia tidak bahagia dengan pacar yang sekarang, maka hendaknya berusaha menasehatinya agar dia lebih bisa menerima pacar sekarang ini sebagaimana adanya, sehingga akhirnya diapun akan memperoleh kebahagiaan bersamanya. Hindarilah menghasut wanita itu agar berpisah dengan pacarnya, karena itu adalah merupakan kamma buruk pula.
  3. Apabila di satu saat nanti, ternyata memang wanita itu putus cinta dengan pacarnya tanpa hasutan darimanapun juga, maka pada saat itulah, baru bisa berusaha mendapatkan perhatian dan cinta wanita itu.

Oleh karena itu, dalam waktu dekat ini sikap yang harus dikerjakan adalah menunggu kesempatan itu, dan sebaiknya juga memperluas pergaulan sehingga terbuka kesadaran bahwa ternyata banyak juga wanita yang bisa diharapkan menjadi pacar, bukan hanya wanita itu satu-satunya di dunia ini. Dengan demikian, akan timbullah semangat hidup yang positif, bebas dari keirihatian dan kebencian melihat wanita itu bahagia dengan pacarnya.

Paling akhir, hendaknya seseorang mempunyai perenungan, daripada memikirkan wanita yang tidak menerima cintanya, sebaiknya dia merenungkan kualitas diri yang bagaimana yang harus diperbaiki sehingga diri ini layak dicintai oleh wanita itu. Jadi, perbaikilah diri sendiri dahulu, sebelum berusaha memperoleh perhatian dari orang lain.

Semoga bermanfaat.

Semoga semua mahluk berbahagia.

Comments are closed.