Home » Tanya Dhamma

‘Menghapus’ Kamma Buruk

5 September 2009 No Comment
Namo Buddhaya,

Apakah nasib buruk yang saya alami selama satu tahun terakhir ini dapat dihapuskan dengan melaksanakan meditasi dan membaca paritta setiap hari pada malam hari? Terima kasih.

Uttamaviriya, Jakarta

Jawaban dari Y.M. Bhikkhu Uttamo:
Namo Buddhaya,

Membaca paritta dan meditasi sesungguhnya adalah usaha untuk menambah kebajikan. Hal ini bisa terjadi karena selama meditasi dan membaca paritta, seluruh badan, ucapan, dan pikiran kita diarahkan untuk melakukan kebajikan. Bahkan dengan meditasi, kita bisa mengarahkan pikiran agar terbebas dari ketamakan, kebencian, dan kegelapan batin. Penambahan kebajikan yang rutin, memang bisa berpengaruh pada buah kamma buruk yang kita miliki. Hal ini bisa digambarkan dengan secangkir air yang dimasuki sesendok garam. Garam sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari air, namun rasa asin garam bisa dikurangi dengan banyak menambah air. Apabila air menjadi satu botol, maka garam yang satu sendok tetap di sana, hanya saja rasa asinnya sudah jauh berkurang. Demikian pula dengan penambahan kebajikan yang terus menerus dengan membaca paritta dan melaksanakan meditasi seolah-olah seperti menambah air pada cangkir yang berisi garam kamma buruk yang pernah dilakukan. Dengan kesabaran melakukan kebajikan, maka kamma buruk yang dimiliki, lama kelamaan tidak begitu terasa buahnya, walau ia masih tetap ada di dalam kehidupan kita.

Jawaban dari Selamat Rodjali:
Saudara Uttamaviriya, keburukan yang terjadi di masa lalu tidak selalu punah oleh kebaikan saat ini. Namun kebaikan saat ini merupakan benih yang mengkondisikan beberapa hal sebagai berikut:

* mengkondisikan berbuahnya kamma baik yang pernah dilakukan.
* mengkondisikan lebih sempurnanya hasil kamma baik yang pernah dilakukan
* mengkondisikan tertekannya kamma buruk yang pernah dilakukan sehingga hasil kamma buruk itu menjadi lebih ringan dirasakan.
* mengkondisikan terpotongnya kamma buruk yang pernah dilakukan / terpotongnya hasil kamma buruk yang diterima, sehingga sama sekali terbebas dari akibat keburukan tersebut.
* dan sebagainya.

Saudara, semua itu sangat tergantung (pada) kekuatan kamma kita, keyakinan kita, dan tekad kita serta kondisi lainnya, yang sepenuhnya saling tergantung (depends on conditions). Kamma hanya salah satu faktor kondisi. Di dalam Buddha Dhamma dikenal 24 kondisi (Paccaya). Kami harap saudara tekun melakukan kebaikan, niscaya akan mengkondisikan hal yang positif.

Semoga bermanfaat.

Semoga semua mahluk berbahagia.

Comments are closed.