Perjalanan
Agama Buddha di Indonesia 672-1995
1.
PENDAHULUAN
Pada
jaman dahulu orang-orang di Indonesia menyembah dan memuja
roh leluhur. Leluhur dianggap sebagai yang telah berjasa dan
mempunyai banyak pengalaman. Roh leluhur, Hyang, atau Dahyang,
demikian beberapa sebutan yang biasa dipakai, menurut kepercayaan
pada waktu itu dianggap mempunyai kekuatan gaib yang dapat
digunakan oleh orang-orang yang masih hidup. Kekuatan gaib
itu diperlukan jika orang mulai suatu pekerjaan yang penting.
Misalnya akan berangkat perang, akan mulai mengerjakan tanah,
dan lain sebagainya.
Mereka
percaya juga bahwa benda-benda seperti pohon besar, batu besar,
gunung dan sebagainya dihuni oleh roh-roh. Ada kalanya benda-benda
atau senjata-senjata juga dianggap bertuah dan sakti sehingga
dijadikan jimat oleh pemiliknya. Upacara pemujaan roh leluhur
harus diatur sebaik-baiknya, agar restu mudah diperoleh. Pertunjukan
wayang erat hubungannya dengan upacara tersebut. Kepercayaan
kepada Hyang masih dapat kita lihat sampai saat ini.
2.
JAMAN SRIWIJAYA
Kerajaan
Sriwijaya bukan saja termasyur karena kekuatan angkatan perangnya,
melainkan juga karena merupakan pusat ilmu dan kebudayaan
Buddhis. Di sana terdapat banyak vihara dan dihuni oleh ribuan
Bhikkhu. Di Perguruan Tinggi Agama Buddha di Sriwijaya, selain
kuliah-kuliah tentang Agama Buddha, orang dapat mengikuti
juga kuliah-kuliah tentang bahasa Sansekerta dan bahasa Jawa
Kuno (Kawi). Pujangga-pujangga Agama Buddha terkenal seperti
Dharmapala dan Sakyakirti pernah mengajar di Perguruan Tinggi
tersebut. Pada waktu itu Sriwijaya merupakan mercusuar Agama
Buddha di Asia Tenggara. Sriwijaya memancarkan cahaya budaya
manusia yang cemerlang.
Tentang
Agama Buddha di Sriwijaya juga banyak diberitakan oleh Sarjana
Agama Buddha dari Tiongkok yang bernama Itsing. Tahun 672
ia berangkat berziarah ke tempat-tempat suci Agama Buddha
di India. Dalam perjalanan pulang sekitar tahun 685, ia singgah
di Kerajaan Sriwijaya. Ia tinggal di sana selama 10 tahun
untuk mempelajari dan menerjemahkan buku-buku suci Agama Buddha
dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Cina.
Kerajaan
Sriwijaya yang didirikan pada ± abad ke-7 dapat bertahan terus
hingga tahun 1377.
3.
JAMAN SAILENDRA DI MATARAM
Sekitar
tahun 775 sampai dengan 850 di daerah Bagelan dan Yogyakarta
berkuasalah raja-raja dari wangsa Sailendra yang memeluk Agama
Buddha. Inilah jaman keemasan bagi Mataram dan negara di bawah
pemerintahannya karena keadaan saat itu aman dan makmur.
Ilmu
pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan tentang Agama Buddha,
sangatlah maju. Kesenian - terutama seni pahat, mencapai taraf
yang sangat tinggi. Pada waktu itu seniman-seniman Bangsa
Indonesia telah menghasilkan karya seni yang mengagumkan,
misalnya Candi Borobudur, Pawon, Mendut, Kalasan, dan Sewu.
Selain
candi-candi tersebut di atas, sebenarnya masih banyak lagi
candi-candi yang didirikan atas perintah raja-raja Sailendra.
Tetapi yang paling besar dan paling indah adalah Candi Borobudur.
Setelah Raja Samarottungga meninggal dunia, Mataram kembali
diperintah oleh raja-raja dari wangsa Sanjaya yang beragama
Hindu, namun Agama Buddha dan Agama Hindu dapat berkembang
terus berdampingan dengan rukun dan damai.
4.
JAMAN MAJAPAHIT
Di
bawah raja-raja Majapahit (tahun 1292 sampai dengan tahun
1478) yang menganut Agama Hindu, Agama Buddha masih dapat
berkembang dengan baik. Toleransi dalam bidang keagamaan dijaga
baik-baik, sehingga pertentangan antar agama tak pernah terjadi.
Pada
waktu pemerintahan Raja Hayam Wuruk, seorang pujangga terkenal,
Mpu Tantular, menulis sebuah buku yang berjudul "Sutasoma",
di mana di dalamnya terdapat kalimat Ciwa Buddha Bhinneka
Tunggal Ika Tanhang Dharma Mandrawa. Dari kata-kata inilah
kemudian diambil semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang kini
dijadikan lambang Negara Republik Indonesia yang melambangkan
motto toleransi dan persatuan.
Setelah
Kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1478, maka berangsur-angsur
Agama Buddha dan Hindu digeser kedudukannya oleh Agama Islam.
5.
JAMAN ABAD KE-20
Agama
Buddha mulai bangkit kembali di Pulau Jawa ditandai dengan
datangnya Y.M. Bhikkhu Narada Thera dari Sri Lanka (Ceylon)
pada bulan Maret 1934. Selama berada di Pulau Jawa, Y.M. Bhikkhu
Narada telah melakukan sejumlah kegiatan. Antara lain sebagai
berikut:
- Memberikan
khotbah-khotbah dan pelajaran-pelajaran Buddha Dhamma di
beberapa tempat di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
- Memberkahi
penanaman Pohon Bodhi di pelataran Candi Borobudur pada
10 Maret 1934.
- Membantu
dalam pendirian Java Buddhist Association (Perhimpunan Agama
Buddha yang pertama) di Bogor dan Jakarta.
- Menjalin
kerja sama yang erat dengan Bhikshu-Bhikshu (hweshio-hweshio)
dari klenteng-klenteng Kim Tek Ie, Klenteng Toeng San Tong
di Jakarta, Klenteng Hok Tek Bio di Bogor, Klenteng Kwan
Im Tong di Bandung, Klenteng Tin Kok Sih di Solo, dan perhimpunan-perhimpunan
Theosofie di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
- Melantik
upasaka dan upasika di tempat-tempat yang dikunjungi.
Nama-nama
dari para perintis bangkitnya kembali Agama Buddha di Pulau
Jawa pada waktu itu adalah antara lain:
- Pandita
Josias van Dienst, Deputy Director General Buddhist Mission,
Java Section (Headquarter-nya berada di Thaton, Birma) dan
- Kwee
Tek Hoay, Direktur dan Redaktur Kepala dari Majalah Moestika
Dharma, Jakarta.
Tahun
1938 berdirilah Sam Kauw Hwee di beberapa tempat di Indonesia.
Pada tahun 1952 Sam Kauw Hwee-Sam Kauw Hwee tersebut bergabung
menjadi Gabungan Sam Kauw Indonesia (GSKI), kemudian mengganti
nama menjadi Gabungan Tri Dharma Indonesia.
Pada
tahun 1953 The Boan An dari Bogor ditahbiskan menjadi Bhikkhu
Theravãda di Birma oleh Ven. Mahasi Sayadaw dan diberi
nama Ashin Jinarakkhita. Sekitar tahun 1955-1956 berdiri Persaudaraan
Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI).
Tanggal
3 Mei 1958 dibentuk Perhimpunan Buddhis Indonesia (disingkat
PERBUDI) yang berkedudukan di Semarang. Tetapi sejak tahun
1965 dipindahkan ke Jakarta. Tahun 1970 PERBUDI menjadi PERBUDDHI
sebagai gabungan dari PERBUDI, PUUI (Persaudaraan Upasaka-Upasika
Indonesia), GPBI (Gerakan Pemuda Buddhis Indonesia), dan Wanita
Buddhis Indonesia.
>>Selanjutnya>>
Kirim Artikel ini ke Teman Anda!
|