BuddhistOnline.com
»  
MENGENAI KAMI FAQ KONTAK
Index | Ajaran-Dasar | Berita | Dhammadesana | Tanya-Dhamma | Forum | Galeri | Vihara | Dokumen | Sejarah | Link
Dhamma Study Group Bogor
 


Update Terakhir:
Wednesday, September 28, 2005
Masa Pembenahan BuddhistOnline.com

Tuesday, May 24, 2005
Selamat Hari Tri Suci Waisak 2549

Tuesday, May 24, 2005
Renungan Waisak 2549 STI

Friday, May 20, 2005
Tanya Dhamma: Hubungan Deja Vu dan Kamma Masa Lampau

Sunday, May 1, 2005
Benarkah Mahabodhi Vihara Bodh Gaya Dicoret dari Daftar Cagar Budaya Dunia UNESCO?

 

Perjalanan Agama Buddha di Indonesia 672-1995
(bagian kedua)

 

Pada tahun 1959 Y.M. Narada Mahathera kembali datang ke Indonesia disertai 12 orang Bhikkhu senior dari beberapa negara, yaitu:

  1. H.E. Somdach Choun Nath Mahathera dari Kamboja.
  2. Ven. Ung Mean Chanavanno Mahathera dari Kamboja.
  3. Ven. Agga Maha Pandita Mahasi Sayadaw dari Birma.
  4. Ven. Narada Mahathera dari Sri Lanka.
  5. Ven. Tudawe Arivawangsa Nayaka Thera dari Sri Lanka.
  6. Ven. Piyadasi Mahathera dari Sri Lanka.
  7. Ven. Walane Satthisara Mahathera dari Sri Lanka.
  8. Ven. Kamburugamuwe Mahanama Mahathera dari Sri Lanka.
  9. Ven. Ransegoda Sarapala Thera dari Sri Lanka.
  10. Ven. Phra Visal Samanagun dari Thailand.
  11. Ven. Phra Sumreng Arnuntho Thera dari Thailand.
  12. Ven. Phra Kru Champirat Threra dari Thailand.
  13. Ven. Phra Kaveevorayan dari Thailand.

Tanggal 21 Mei 1959, Ong Tiang Biauw (dari Tangerang) ditahbiskan menjadi Bhikkhu di "International Sima" di Kassap, Semarang oleh H.E. Somdach Choun Nath Mahathera dari Kamboja dengan nama Jinaputta. Pada hari yang sama I Ktut Tangkas (dari Mengwi, Bali) ditahbiskan menjadi Samanera Jinapiya dan Sontomihardjo (dari Kutoarjo) menjadi Samanera Jinananda. Tanggal 3 Juni 1959 di Pura Besakih, Samanera Jinapiya ditahbiskan menjadi bhikkhu (pada tanggal 12-2-1976 sempat lepas jubah) oleh Ven. Narada Mahathera. Tanggal 26 Juli 1988 ia ditahbiskan kembali di Wat Bovoranives, Bangkok dan diberi nama Thitaketuko.

Antara 1963 sampai dengan 1965 terdapat perbedaan pendapat dan pandangan di kalangan pimpinan umat Buddha, sehingga di sana-sini didirikan organisasi-organisasi Buddhis baru yang dalam prakteknya satu dengan yang lain saling menjatuhkan.

Pada 15 November 1966, Samanera Jinagiri (dari Banjar, Singaraja Bali) ditahbiskan menjadi Bhikkhu di Wat Benchamabophit, Bangkok oleh Ven. Chau Kun Dhammakittisophon dan diganti namanya menjadi Girirakkhito. Pada kesempatan yang sama juga ditahbiskan Samanera Jinaratana menjadi bhikkhu. (Pada tanggal 18 Desember 1976 ikut menyusul rekannya Bhikkhu Jinapiya untuk lepas jubah, dan kembali menjadi umat Buddha biasa). Selanjutnya pada tahun 1967 Soenaryo (dari Solo) ditahbiskan manjadi Bhikkhu di Sri Lanka dan diberi nama Sumanggalo (meninggal di Belanda pada 2 September 1987).

Pada 14 Mei 1967 di Lawang dibentuk Perhimpunan Tempat Ibadah Tri Dharma (PTITD) untuk seluruh Jawa Timur dengan Ketua Umum Ong Kie Tjay dari Surabaya.

Di tahun 1969 datanglah Ven. Chau Kun Phra Dhepvoravethi dari Wat Paknam, Thonburi, Bangkok. Setelah kembali ke Bangkok, ia mengirim, melalui Y.M. Bhikkhu Jinaratana, buku-buku bagian dari Kitab Suci Tipitaka dalam Bahasa Pali dan Inggris dan patung-patung Buddha dari kuningan untuk vihara-vihara di Banten, Bogor, Garut, Muntilan, Purworejo, Bali, Ujung Pandang, Samarinda, Palembang, Jambi, dan tempat-tempat lainnya.

Selain candi-candi tersebut di atas, sebenarnya masih banyak lagi candi-candi yang didirikan atas perintah raja-raja Sailendra. Tetapi yang paling besar dan paling indah adalah Candi Borobudur. Setelah Raja Samarottungga meninggal dunia, Mataram kembali diperintah oleh raja-raja dari wangsa Sanjaya yang beragama Hindu, namun Agama Buddha dan Agama Hindu dapat berkembang terus berdampingan dengan rukun dan damai.

Pada tahun itu juga datang di Indonesia empat orang Dhammaduta dari Thailand untuk membantu mengembangkan Agama Buddha di Indonesia. Mereka adalah Ven. Phra Kru Pallad Attachariya Nukich (sekarang memakai nama Chau Kun Vidhurdhammabhorn), Ven. Phra Kru Pallad Viriyacarya, Ven. Phra Maha Prataen Khemadas, dan Ven. Phara Maha Sujib Khemacharo.

Tahun 1969 juga, untuk pertamakalinya mahasiswa Buddhis di Jakarta mengadakan Upacara Asadha di Gandhi School, Jakarta. Dua tahun kemudian terbentuklah Keluarga Mahasiswa Buddhis Jakarta (KMBJ).

Menjelang perayaan Waisak tahun 1971, datang rombongan Bhikkhu dari Thailand untuk meresmikan Brahma-Vihara yang terletak di Banjar, Singaraja Bali. Rombongan tersebut terdiri dari Ven. Chau Kun Phra Dhammakittisophon dari Wat Benjamabophit, Ven. Chau Kun Phra Dhepgunaphon dari Wat Sraket, Ven. Chau Kun Phra Patrasaramuni dari Wat Prabatmingmaung, Prae, dan Ven. DR. Phra Maha Singhaton Narasabho dari Wat Prajetubon.

Pada 12 Januari 1972 terbentuk Sangha Indonesia yang terdiri dari Y.M. Bhikkhu Jinapiya, Y.M. Bhikkhu Girirakkhito, Y.M. Bhikkhu Jinaratana, Y.M. Bhikkhu Sumanggalo, dan Y.M. Bhikkhu Subhato.

Tanggal 28 Mei 1972 dicetuskan ikrar persatuan dan kesatuan dari tujuh organisasi Buddhis menjadi satu organisasi tunggal dengan nama Buddha Dharma Indonesia (BUDHI). Di samping itu, berdiri juga sebuah Majelis yang diberi nama Majelis Buddha Dharma Indonesia yang kelak akan menetapkan pedoman-pedoman mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan Agama Buddha di Indonesia. Ketujuh organisasi yang menandatangani ikrar tersebut di atas adalah:

  1. Perhimpunan Buddhis Indonesia (PERBUDDHI),
  2. Buddhis Indonesia,
  3. Musyawarah Umat Buddha Seluruh Indonesia (MUBSI),
  4. Gabungan Tri Dharma Indonesia,
  5. Persaudaraan Umat Buddha Salatiga,
  6. Majelis Ulama Agama Buddha Indonesia (MUABI), dan
  7. Dewan Vihara Indonesia.

Perlu diketahui, Gabungan Tri Dharma Indonesia dan Majelis Ulama Agama Buddha Indonesia (MUABI), karena sesuatu hal, tidak meleburkan diri ke dalam Buddha Dharma Indonesia (BUDHI).

Atas prakarsa Dirjen Bimas Hindu dan Buddha, pada tahun 1974 terbentuk Sangha Agung Indonesia (SAI).

Pada 23 Juli 1975 alm. Ibu Tien Soeharto meresmikan Arya Dwipa Arama di Taman Mini Indonesia Indah dan menyerahkan penggunaannya kepada umat Buddha Indonesia yang diterima oleh Suraji Ariakertawijaya.

Pada 12-14 Maret 1976 diselenggarakan Pasamuan ke-I Majelis Buddha Dharma Indonesia di Lawang. Pasamuan itu berhasil membuat beberapa ketetapan mengenai berbagai aspek Agama Buddha di Indonesia. Dalam pertemuan tersebut juga terbentuk Badan Pekerja Majelis Buddha Dharma Indonesia.

<<Sebelumnya<< || >>Selanjutnya>>

 

[]
Copyright © 2000-2003, BuddhistOnline.com. Hak cipta dilindungi undang-undang. Tidak diperkenankan mereproduksi seluruh maupun sebagian isi halaman ini tanpa ijin tertulis dari BuddhistOnline.com dan mencantumkan sumber dari: BuddhistOnline.com (http://www.buddhistonline.com).
Hosting powered by HostingAnda.com. Designed by mediacyber.com.
[]